Seiring berjalannya waktu, tren desain interior modern terus berevolusi, menjauh dari estetika dingin dan steril menuju ruang yang hangat, otentik, dan berkarakter. Di tahun 2025, pergeseran ini semakin menguat melalui penekanan pada Bermain dengan Material Alami. Konsep ini melampaui sekadar memilih kayu; ini adalah tentang merayakan tekstur kasar, warna bumi yang menenangkan, dan bentuk organik yang membawa ketenangan alam ke dalam hunian. Pendekatan ini menciptakan interior yang terasa lebih membumi, berkelanjutan, dan kaya akan dimensi sensorik.
Bermain dengan Material Alami berfokus pada penggunaan bahan-bahan mentah atau diproses minimal. Kayu, misalnya, disukai dalam bentuk yang menampilkan serat dan simpul aslinya, seringkali dengan sentuhan akhir matte atau raw look, daripada yang di-vernis mengkilap. Jenis kayu daur ulang, seperti kayu jati Belanda bekas atau kayu yang diselamatkan dari bangunan tua (salvaged wood), menjadi pilihan utama karena nilai keberlanjutannya dan cerita yang dibawanya. Dalam proyek perumahan di kawasan pegunungan Bandung pada musim semi 2025, desainer interior menggunakan kayu oak yang diproses dengan teknik bakar (yakisugi) untuk panel dinding, memberikan tekstur arang yang dramatis namun elegan. Teknik ini tidak hanya estetis tetapi juga meningkatkan daya tahan kayu.
Batu alam juga mengalami revival. Alih-alih marmer yang seragam, tren 2025 lebih menyukai travertine, granit dengan urat yang berani, dan teraso buatan yang menggunakan pecahan batu besar. Material ini memberikan kedalaman tekstur yang tidak dapat ditiru oleh bahan sintetis. Salah satu aplikasi menonjol terlihat pada desain dapur komersial di sebuah restoran di Surabaya, yang dibuka pada 14 Juni 2025. Desainer memilih meja countertop dari batu granite hitam dengan permukaan yang sedikit kasar (honed finish), menciptakan kontras yang menarik dengan kabinet matte berwarna sage green.
Untuk tekstil, Bermain dengan Material Alami berarti kembali ke serat-serat organik. Linen kasar, rami, wol tebal, dan katun organik mendominasi soft furnishing. Tekstil-tekstil ini sering tampil dalam warna yang terinspirasi dari alam, seperti terakota yang hangat, moss green (hijau lumut), clay (tanah liat), dan krem pasir. Penggunaan tekstil dengan tenunan tangan dan motif etnik juga meningkat, menambahkan lapisan kerajinan dan keunikan pada ruangan. Dalam pengadaan furnitur untuk proyek residensial di Bali pada akhir 2024, tim pengadaan Études menargetkan 60% tekstil yang berasal dari pengerajin lokal yang menggunakan pewarna alami, mendukung ekonomi sirkular dan UMKM.
Warna bumi (earth tones) adalah palet utama untuk interior modern di tahun 2025. Warna-warna ini memberikan efek psikologis yang menenangkan. Misalnya, warna cokelat tua dan abu-abu arang digunakan untuk memberikan jangkar (anchor) pada ruang, sementara aksen warna seperti burnt orange (oranye terbakar) atau ochre (kuning tanah) digunakan untuk memberikan titik fokus energi. Psikolog desain interior, Dr. Lia Hardi, dalam wawancara publik pada 10 Maret 2025, menekankan bahwa palet warna ini membantu mengurangi stimulasi visual berlebihan, yang krusial untuk meningkatkan fokus dan kualitas istirahat.
Dalam hal pengadaan dan logistik, aspek keberlanjutan material harus diverifikasi secara ketat. Études bekerja sama dengan pemasok yang menyediakan sertifikasi Chain of Custody (CoC) untuk kayu mereka, memastikan bahwa kayu tersebut berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab. Pada hari Selasa, 26 Agustus 2025, seluruh pesanan kayu untuk proyek vila di Lombok harus menyertakan dokumen CoC yang disahkan oleh lembaga sertifikasi independen.
Dengan Bermain dengan Material Alami ini, interior modern berhasil melampaui tampilan estetis yang dangkal. Mereka menjadi cerminan dari kesadaran lingkungan dan kebutuhan manusia akan ketenangan. Ini adalah tren yang menggabungkan keindahan mentah alam dengan kecanggihan desain kontemporer.